Ada cerita yang menarik pada Pasar Hejo 2018 lalu, tampilnya Tim dari Laboratorium Entimologi Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB di bawah bimbingan Dr. Ramadhani Eka Putra. Mereka berbagi cerita mengenai serangga yang memiliki segudang manfaat, serangga yang dapat menggempur sampah organik super cepat.
Serangga tersebut diberi nama Lalat Tentara Hitam (Black Soldier Fly) dengan nama ilmiah Hermetia illucens termasuk keluarga Stratiomyidae. Nama tersebut diberikan karena bentuk fisik lalat ini seperti para tentara yang gagah perkasa, tinggi besar dengan perut rata, berbeda dengan lalat hijau yang pendek dan gempal. Larva yang sudah berumur dewasa tidak dianggap sebagai hama. Sebaliknya, larva lalat tentara hitam memiliki peran yang sama dengan cacing merah, yaitu sebagai pengurai dalam menghancurkan bahan organik dan mengembalikan nutrisinya ke tanah. Pasukan larva mampu menggempur sampah organik super cepat, dalam satu hari mampu menghabiskan sampah organik dua kali lipat dari bobot badannya dan hasil kompos yang didapat tidak menimbulkan bau. Serangga ini sudah terkenal di seluruh dunia sejak puluhan tahun yang lalu, sudah diteliti dan diambil manfaatnya untuk berbagai hal. Beberapa negara sudah serius memanfaatkan larva ini untuk mengolah sampah. Afrika Selatan sudah memiliki pusat research yang mengolah 30 ton sampah per hari menggunakan larva lalat tentara hitam.
Di dalam laboratoriumnya, Dr. Ramadhani Eka Putra, menceritakan bahwa lalat tentara hitam tidak membahayakan kehidupan manusia, karena lalat ini selama hidupnya tidak makan sama sekali, jadi tidak masuk ke dalam rumah untuk mencari makan, kecuali rumah kita menyebarkan aroma berbau busuk . Lalat ini sering ditemui di Tempat Pembuangan Sampah (TPS). Untuk dapat bertahan hidup lalat ini hanya minum, dan minuman yang terbaik adalah embun pagi dan sari madu dari tumbuhan berbunga.
Umur lalat tentara hitam terbilang sangat singkat yaitu 5-8 hari saja, hanya kawin dan bertelur. Dari fase telur menjadi larva membutuhkan waktu 3 hari, dan fase hidup larva berlangsung sekitar 18 – 30 hari tergantung bahan organik yang dimakan. Setelah fase larva berakhir, larva akan berhenti makan dan menjadi pupa ditandai dengan perubahan warna kulit menjadi coklat kehitaman. Fase pupa berlangsung 7-30 hari hingga menetas dan muncul individu Lalat Tentara Hitam baru.
Dalam mengurai sampah-sampah organiknya, larva butuh waktu 2 minggu untuk menguraikannya menjadi kompos. Kompos dapat digunakan menjadi media tumbuh tanaman. Kelebihan menggunakan larva ini adalah kompos dibuat tanpa ada campur tangan manusia, tidak harus diaduk oleh manusia. Larva akan mengurai sampah organik dengan sendirinya, jika sudah selesai tinggal memisahkan larva tersebut dari sampah.
Selain menjadi pupuk kompos, hasil dari uraian sampah organik bisa menjadi pupuk cair. Untuk mendapatkan kompos yang kering perbandingan berat larva dengan sampah organik adalah 1 :1 artinya 1 kg larva diberi makan sampah organik seberat 1 kg. Untuk mendapatkan pupuk cair, sampah organik harus diperbanyak. Larva lalat tentara hitam adalah sumber protein yang sangat baik untuk pakan ternak, pakan ikan, unggas, reptil, bahkan dibuat menjadi tepung untuk dikonsumsi manusia.
Saat ini penggunaan lalat tentara hitam sebagai pengurai sampah masih dilakukan dalam jumlah yang kecil. Tim Peneliti SITH ITB pun masih mengenalkan kepada komunitas-komunitas yang tersebar di Bandung dan sekitarnya. Harapannya lalat tentara hitam ini bisa dimanfaatkan oleh banyak orang, sekaligus bisa mengurangi sampah-sampah yang ada di Indonesia.
<< Kembali